Kamis, 20 Agustus 2009

Teknik Pengumpulan Data Dalam Penelitian

Ada beberapa cara untuk mendapatkan data dalam suatu penelitian, diantaranya :
a) Observasi
Observasi atau pengamatan adalah pengumpulan data dengan terjun langsung ke lapangan untuk mengamati secara langsung objek yang diteliti.

b) Interview
Interview atau wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Maksud mengadakan wawancara adalah mengkontruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain kebulatan; merekontruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang dialami masa lalu; memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang diharapakan untuk dialami pada masa yang akan dating; memverikasi, mengubah, dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain, baik manusia maupun bukan manusia (triangulasi); dan memverifikasi, mengubah, dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota.
c) Pengunaan Dokumen
Menurut Guba dan Lincoln dalam dokumen ialah setiap bahan tertulis maupun film yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik. Dokumen terdiri dari dokumen pribadi dan dokumen resmi. Dokumen resmi adalah catatan atau karangan seseorang secara tertulis tentang tindakan, pengalaman dan kepercayaannya. Dokumen resmi terbagi dalam dokumen internal dan dokumen eksternal. Dokumen internal berupa memo, pengumuman, instruksi, aturan suatu lembaga masyarakat tertentu yang digunakan dalam kalangan sendiri. Dokumen eksternal berisi bahan-bahan informasi yang dihasilkan oleh suatu lembaga social, misalnya majalah, bulletin, pernyataan, dan berita yang disiarkan kepada media massa.

BACA LENGKAP!

Rabu, 19 Agustus 2009

PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN MELALUI SERTIFIKASI GURU

Guru merupakan sebuah profesi seperti pengacara, apoteker, dokter, akuntan, network administrator jaringan komputer. Oleh karena itu profesionalitas seseorang yang memiliki profesi tersebut perlu dibuktikan, termasuk guru. Seseorang yang akan menjadi akuntan harus mengikuti pendidikan profesi akuntan terlebih dahulu. Begitu juga untuk profesi yang lain juga perlu pendidikan profesi termasuk guru.

Dalam dunia manajemen dikenal istilah sertifikasi ISO 9001:2000. ISO adalah suatu badan yang mengatur sertifikasi atau mengesahkan suatu standar. ISO merupakan singkatan dari International Standart Organization. ISO 9001:2000 adalah suatu standar international untuk sistem manajemen kualitas. ISO 9001:2000 menetapkan persyaratan-persyaratan dan rekomendasi untuk desain dan penilaian dari suatu sistem manajemen kualitas, yang bertujuan untuk menjamin bahwa organisasi akan memberikan produk (barang dan/atau jasa) yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Persyaratan-persyaratan yang ditetapkan ini dapat merupakan kebutuhan spesifik dari pelanggan, di mana organisasi yang di kontrak itu bertanggung jawab untuk menjamin kualitas dari produk-produk tertentu atau merupakan kebutuhan dari pasar tertentu, sebagaimana ditentukan oleh organisasi . Perusahaan yang mendapatkan sertifikat tersebut pada umumnya adalah perusahaan bonafit dan besar.
Dalam profesi Network Administrator jaringan komputer dikenal adanya sertifikasi Cisco Certified Network Associate (CCNA), Cisco Certified Network Professional (CCNP), Cisco Certified Design Professional (CCDP), Cisco Certified Security Professional (CSSP) dan masih banyak sertifikasi lainnya. Dan dalam kenyataanya mereka yang memiliki sertifikat-sertifikat tersebut mendapat pengakuan bahwa orang tersebut memiliki kompetensi dalam bidang jaringan berbasis peralatan cisco.
Demikian juga dengan adanya sertifikat pendidik maka seorang pendidik yang telah mendapatkan sertifikat pendidik berarti mereka telah memiliki standar kompetensi sebagai pendidik. Sertifikat pendidik merupakan bukti yang telah diakui bahwa seorang guru memiliki standar kompetensi dan laik untuk menjalankan tugasnya sebagai guru. Jika seorang guru telah memenuhi standar kompetensi sebagai guru dan memiliki sertifikat pendidik maka guru tersebut telah mendukung peningkatan mutu pendidikan karena salah satu lingkup SNP adalah standar pendidik dan tenaga kependidikan. Artinya pemilik sertifikat pendidik telah memenuhi standar minimal sebagai seorang pendidik yang telah ditetapkan dalam SNP.
Dan harus disadari bahwa sertifikasi guru merupakan sarana atau instrument untuk mencapai tujuan, bukan tujuan itu sendiri. Sertifikasi guru merupakan salah satu sarana untuk menuju pendidikan yang berkualitas. Peran guru dalam proses pendidikan untuk mencapai standar proses pendidikan sangat besar karena guru adalah orang yang terjun langsung mendidik siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar setiap hari. Jika seorang guru memiliki kualifikasi dan kompetensi sebagai agen pembelajaran maka peluang tercapainya standar proses pendidikan akan semakin besar. Demikian juga dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum beserta silabus seorang guru yang berkualitas (memiliki sertifikat pendidik) juga akan memiliki potensi yang tinggi untuk melakukakannya.


BACA LENGKAP!

Selasa, 18 Agustus 2009

Standar Nasional Pendidikan 2 (habis)

1) Standar Isi
Standar Isi mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar Isi memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender pendidikan/akademik.


2) Standar Proses
Proses pembelajaran pada satuan waktu pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Selain itu dalam proses pembelajaran pendidik memberikan keteladanan.
Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar.
Pengawasan proses pembelajaran meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan pengambilan langkah tindak lanjut yang diperlukan.

3) Standar Kompetensi Lulusan
Standar kompetensi lulusan digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. Standar kompetensi lulusan meliputi seluruh mata pelajaran yang mencakup sikap, pengetahuan, dan ketrampilan.

4) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Bagi yang tidak memiliki ijazah dan atau sertifikat namun memiliki keahlian khusus yang diakui dan diperlukan dapat diangkat menjadi pendidik setelah melalui uji kelayakan dan kesetaraan.
Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi
1) Kompetensi pedagogik;
2) Kompetensi kepribadian;
3) Kompetensi professional; dan
4) Kompetensi sosial
Pendidik pada SD/MI harus memiliki :
1) Kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau Sarjana (S1);
2) Latar belakang pendidikan tinggi di bidang pendidikan SD/MI, kependidikan lain atau psikologi; dan
3) Sertifikat profesi guru untuk SD/MI.

5) Standar Sarana dan Prasarana
Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidika, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat ibadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

6) Standar Pengelolaan
Pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas.

7) Standar Pembiayaan
Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal. Biaya investasi meliputi penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumber daya manusia, dan modal kerja tetap. Biaya personal meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik. Biaya operasi meliputi gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang nelekat pada gaji; bahan atau peralatan pendidikan habis pakai; dan biaya operasi pendidikantak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi.

8) Standar Penilaian Pendidikan
Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas : penilaian hasil belajar oleh pendidik; penilaian hasil belajar oleh satuan pendidik; dan penilaian hasil belajar oleh Pemerintah.

BACA LENGKAP!

Standar Nasional Pendidikan

Standar Nasional Pendidikan
Di Indonesia pemerintah selalu berusaha untuk meningkatkan mutu pendidikan dari waktu ke waktu. Dulu ada kurikulum 1994, KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) dan sekarang diterapkan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Hal-hal berkaitan dengan KTSP tercantum dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP RI) No 19 Tahun 2005 pasal 16 dan 17. PP RI No 19 Tahun 2005 tersebut memiliki keterkaitan dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SISDIKNAS) No 20 Tahun 2003. Dalam UU SISDIKNAS tersebut pemerintah menetapkan Standar Nasional Pendidikan (SNP).

Sebagian isinya mengatur dan menjelaskan tentang standar isi. Dalam standar isi ada aturan dan penjelasan tentang kurikulum. Kurikulum tersebut adalah KTSP.
SNP sendiri adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tujuan SNP adalah menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Sedangkan fungsi SNP adalah sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu.
Untuk penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan sesuai dengan SNP dilakukan evaluasi, akreditasi dan sertifikasi. Salah satu sertifikasi adalah sertifikasi guru (pendidik).
Dalam UU SISDIKNAS dalam Bab IX tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 35 dan PP RI Nomor 19 Tahun 2005 Bab II tentang Lingkup, Fungsi dan Tujuan pasal 2 menyebutkan bahwa Lingkup Standar Nasional Pendidikan meliputi :
a) Standar isi;
b) Standar proses;
c) Standar kompetensi lulusan;
d) Standar pendidik dan tenaga kependidikan;
e) Standar sarana dan prasarana;
f) Standar pengelolaan;
g) Standar pembiayaan; dan
h) Standar penilaian pendidikan
Berikut ini penjelasan mengenai SNP berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

BACA LENGKAP!

Pendidikan dan Pelanggannya

Pendidikan dan Pelanggannya
Intitusi pendidikan adalah sebuah intitusi yang melakukan aktivitas memberikan jasa kepada para pelanggannya. Jasa-jasa itu meliputi pemberian beasiswa, penilaian dan bimbingan bagi para pelajar, para orangtua, dan para sponsor mereka. Para pelanggan terdiri dari bermacam-macam golongan dan perlu diidentifikasi.

Jika tujuan mutu pendidikan adalah memenuhi kebutuhan-kebutuhan pelanggan, maka hal penting yang perlu diperjelas adalah kebutuhan dan keinginanan siapa yang harus dipenuhi ?
Pelanggan utama intitusi pendidikan adalah pelajar yang secara langsung menerima jasa; pelanggan kedua yaitu orangtua, atau sponsor yang memiliki kepentingan langsung secara individu maupun institusi; pelanggan ketiga yaitu pihak yang memiliki peran penting meskipun tidak langsung seperti pemerintah dan masyarakat keseluruhan. Ketiga pelanggan tersebut di kelompokan dalam pelanggan eksternal. Sedangkan pelanggan internalnya adalah guru dan staf intitusi pendidikan. Dengan keragaman pelanggan tersebut maka intitusi pendidikan harus lebih memfokuskan perhatian untuk memenuhi keinginan pelanggan.


========
Dimensi Mutu Pendidikan
Berry dan Parasuraman telah berhasil mengidentifikasi lima kelompok dimensi yang digunakan oleh para pelanggan dalam mengevaluasi mutu jasa. Jika dikaitkan dengan pendidikan, maka yang menentukan mutu penyelenggaraan pendidikan adalah sebagai berikut :
a) Keandalan (reability), yakni kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan secara tepat waktu, akurat dan memuaskan.
b) Daya tangkap (responsiveness), yaitu kemauan para tenaga pendidik untuk membantu para peserta didik dan memberikan pelayanan dengan tanggap.
c) Jaminan mencakup pengetahuan, kompetensi, kesopanan, respek terhadap pelanggan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para tenaga kependidikan; bebas dari bahaya, resiko atau keragu-raguan.
d) Empati, meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, perhatian pribadi dan memahami kebutuhan para pelanggan.
e) Bukti langsung (tangibles), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, tenaga kependidikan dan sarana komunikasi.

BACA LENGKAP!

Manajemen Mutu Terpadu

Manajemen Mutu Terpadu
Manajemen Mutu Terpadu atau Total Quality Management (TQM) merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, tenaga kerja, proses, dan lingkungannya.

Untuk mencapai usaha tersebut digunakan sepuluh unsur TQM, yaitu :
a) Fokus pada pelanggan
Pelanggan eksternal berperan dalam menentukan mutu produk atau jasa, sedangkan pelanggan internal berperan besar dalam menentukan mutu tenaga kerja, proses, dan lingkungan yang berhubungan dengan produk dan jasa.
b) Obsesi terhadap mutu
Pelanggan internal dan eksternal telah menentukan standar mutu. Dengan mutu yang ditetapkan tersebut maka organisasi harus terobsesi untuk memenuhi atau melebihinya.
c) Pendekatan Ilmiah
Pendekatan ilmiah sangat diperlukan dalam penerapan TQM, terutama untuk mendesain pekerjaan dan dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yang didesain tersebut.
d) Komitmen jangka panjang
Hal ini sangat penting ketika suatu organisasi baru menerapkan TQM. Untuk berubah ke budaya baru dengan penerapan TQM maka diperlukan adanya komitmen jangka panjang untuk melaksanakan penerapan TQM tersebut.
e) Kerjasama tim
Kerjasama tim, kemitraan dan hubungan dijalin dan dibina, baik dengan internal organisasi maupun eksternal/stakeholder organisasi.
f) Perbaikan sistem secara berkesinambungan
Sistem yang ada diperbaiki terus-menerus agar mutu yang dihasilkan meningkat.
g) Pendidikan dan Pelatihan
Pendidika merupakan factor yang fundamental. Setiap orang diharapkan dan didorong untuk terus belajar untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan profesionalnya.
h) Kebebasan yang terkendali
Karyawan dapat ikut serta dalam pengambilan keputusan dalam pemecahan masalah untuk meningkatkan ‘rasa memiliki’, namun keterlibatan dan pemberdayaan tersebut merupakan hasil dari pengendalian yang terencana.
i) Kesatuan tujuan
j) Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan

Menurut Hensler dan Brunell ada empat prinsip utama damal TQM. Keempat prinsip tersebut adalah sebagai berikut :
a. Kepuasan pelanggan
Kualitas ditentukan oleh kepuasan pelanggan baik internal maupun eksternal.
b. Respek terhadap setiap orang
Setiap orang dalam organisasi diberlakukan dengan baik dan diberi kesempatan untuk terlibat dan berpartisipasi dalam tim pengambil keputusan.
c. Manajemen berdasarkan fakta
Maksudnya, setiap keputusan selalu didasarkan pada data, bukan sekadar pada perasaan (feeling).
d. Perbaikan berkesinambungan
Setiap organisasi perlu melakukan proses sistematis dalam melaksanakan perbaikan secara berkesinambungan.

BACA LENGKAP!

Definisi Mutu

Definisi Mutu
Dalam Kamus Indonesia-Inggris kata mutu memiliki arti dalam bahasa Inggris quality artinya taraf atau tingkatan kebaikan; nilaian sesuatu. Jadi mutu berarti kualitas atau nilai kebaikan suatu hal.

Dalam membahas definisi mutu kita perlu mengetahui definisi mutu produk yang disampaikan oleh lima pakar Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management). Berikut ini definisi-definisi tersebut :
a) Juran menyebutkan bahwa mutu produk adalah kecocokan penggunaan produk untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan.
b) Crosby mendefinisikan mutu adalah conformance to requirement, yaitu sesuai dengan yang disyaratkan atau distandarkan.
c) Deming mendefinisikan mutu, bahwa mutu adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar.
d) Feigenbaum mendefinisikan mutu adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya.
e) Garvin dan Davis menyebutkan bahwa mutu adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia/tenaga kerja, proses dan tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau konsumen.
Meskipun tidak ada definisi mutu yang diterima secara universal, namun dari kelima definisi diatas terdapat beberapa persamaan, yaitu dalam elemen-elemen sebagai berikut :
a. Mutu mencakup usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.
b. Mutu mencakup produk, tenaga kerja, proses, dan lingkungan.
c. Mutu merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya apa yang dianggap merupakan mutu saat ini, mungkin dianggap kurang bermutu pada masa mendatang).


Standar produk dan jasa terdiri dari :
a) Kesesuaian dengan spesifikasi
b) Kesesuaian dengan tujuan dan manfaat
c) Tanpa cacat ( Zero Defects)
d) Selalu baik sejak awal
Standar pelanggan terdiri dari :
a) Kepuasan pelanggan
b) Memenuhi kebutuhan pelanggan
c) Menyenangkan pelanggan


BACA LENGKAP!

MUTU

Bagi setiap intitusi, mutu adalah agenda utama dan meningkatkan mutu merupakan tugas yang paling penting. Walaupun demikian, ada sebagian orang yang menganggap mutu sebagai sebuah konsep yang penuh teka-teki. Mutu dianggap sebagai suatu hal yang membingungkan dan sulit untuk diukur. Mutu dalam pandangan seseorang terkadang bertentangan dengan mutu dalam pandangan orang lain.


Kita memang bisa mengetahui mutu ketika kita mengalaminya, tapi kita tetap merasa kesulitan ketika kita mencoba mendeskripsikan dan menjelaskannya. Dalam kehidupan sehari-hari, kita akan melakukan apa saja untuk bisa mendapatkan mutu, terutama jika mutu tersebut sudah menjadi kebiasaan kita. Namun, ironisnya, kita hanya bisa menyadari keberadaan mutu tersebut saat mutu tersebut hilang.

Konsep Mutu
Mutu memiliki pengertian yang bervariasi. Seperti yang dinyatakan Nomi Pfeffer dan Anna Coote setelah mereka berdiskusi tentang mutu dalam jasa kesejahteraan, bahwa “Mutu merupakan konsep yang licin”. Mutu mengimplikasikasikan hal-hal yang berbeda pada masing-masing orang. Tak dapat dipungkiri bahwa setiap orang setuju terhadap upaya peningkatan mutu pendidikan. Hanya saja, masalah yang muncul kemudian adalah kurangnya kesamaan makna tentang mutu tersebut.
Mutu merupakan suatu ide yang dinamis sehingga makna mutu juga sedikit membingungkan karena begitu luas. Akan tetapi, beberapa konsekuensi praktis yang signifikan akan muncul dari perbedaan-perbedaan makna tersebut. Edward Sallis mencoba menjelaskan konsep mutu untuk memudahkan memahami mutu dalam penjelasan berikut.

Mutu Sebagai Sebuah Konsep Yang Absolut
Beberapa kebingungan terhadap pemaknaan mutu bisa muncul karena mutu dapat digunakan sebagai suatu konsep yang secara bersama-sama absolut dan relatif. Mutu dalam percakapan sehari-hari sebagian besar dipahami sebagai sesuatu yang absolut, misalnya restoran yang mahal dan mobil-mobil yang mewah. Dalam definisi yang absolute, sesuatu yang bermutu merupakan bagian dari standar yang sangat tinggiyang tidak dapat diungguli. Produk-produk yang bermutu adalah sesuatu yang dibuat dengan sempurna dan dengan biaya yang mahal. Produk-produk tersebut dapat dinilai serta membuat puas dan bangga para pemiliknya.
Suatu contoh “mobil yang bermutu” adalah mobil yang rancangan istimewa, mahal, dan memiliki interior dari kulit. Dalam kasus itu, langka dan mahal adalah dua nilai penting dalam definisi mutu. Mutu dalam pandangan ini digunakan untuk menyampaikan keunggulan status dan posisi, dan kepemilikan terhadap barang yang memiliki ‘mutu’, akan membuat pemiliknya berbeda dari orang lain yang tidak mampu memilikinya. Sebenarnya mutu dalam pengertian tersebut lebih tepat disebut dengan high quality, atau top quality (mutu tinggi).
Jika dikaitkan dengan konteks pendidikan, maka konsep mutu sedemikian adalah elit, karena hanya sedikit intitusi yang dapat memberikan pengalaman pendidikan dengan ‘mutu tinggi’ kepada peserta didik. Sebagian besar peserta didik tidak bisa menjangkaunya, dan sebagian besar intitusi tidak berangan-angan untuk memenuhinya.

Konsep Relatif Tentang Mutu
Mutu juga digunakan sebagai suatu konsep yang relatif. Pengertian ini digunakan dalam TQM. Definisi relatif tersebut memandang mutu bukan sebagai suatu atribut produk atau layanan, tetapi sesuatu yang dianggap berasal dari produk atau layanan tersebut. Mutu dikatakan ada apabila sebuah layanan memenuhi spesifikasi yang ada. Mutu merupakan sebuah cara yang menentukan apakah produk terakhir sesuai dengan standar atau belum. Produk atau layanan yang memiliki mutu, dalam konsep relatif itu tidak harus mahal dan eksklusif.
Proyektor, ballpoint, dan layanan catering sekolah bisa dikatakan bermutu jika memang telah memenuhi standar. Sehingga, pencapai mutu harus mengerjakan apa yang seharusnya ia kerjakan, dan mengerjakan apa yang diinginkan pelanggan. Dengan kata lain, ia harus sesuai dengan tujuannya.
Definsi relatif tentang mutu tersebut memiliki dua aspek. Pertama adalah menyesuaikan diri dengan spesifikasi. Kedua adalah memenuhi kebutuhan pelanggan. Pada aspek pertama, penyesuaian diri terhadap spesifikasi sering disimpulkan sebagai ‘sesuai dengan tujuan dan manfaat’. Kadangkala definisi ini sering dinamai definisi produsen tentang mutu. Mutu bagi produsen bisa diperoleh melalui produk atau layanan yang memenuhi spesifikasi awal yang telah ditetapkan dalam gaya yang konsisten. Konsisten dalam hal ini adalah konsisten sesuai dengan standar atau spesifikasi yang telah ditentukan sebelumnya.
Contoh, mobil Rover, Rolls-Royce dan BMW adalah produk yang memiliki mutu. Kemewahan, keindahan, eksklusifitas, dan harga tidak termasuk dalam kategori ini. Selama sebuah produk sesuai dengan spesifikasi dan standar pabriknya, maka produk tersebut adalah produk yang memiliki mutu. Pendapat tentang mutu yang demikian seringkali disebut dengan istillah mutu sesungguhnya (quality in fact) .


BACA LENGKAP!

Prinsip Manajemen Berdasarkan Sasaran (MBS)

Istilah MBS dipopulerkan pertama kali sebagai suatu pendekatan terhadap perencanaan oleh Peter Drucker (1954) dalam bukunya The Principle of Management. Sejak itu, MBO (Management By Objectivitas) telah memacu banyak pengkajian, evaluasi dan riset. MBO merupakan teknik manajemen yang membantu memperjelas dan menjabarkan tahapan tujuan organisasi.

Dengan  MBO manajer   tingkat   atas   bersama­sama   dengan  manajer   tingkat  bawah menentukan tujuan unit kerja agar serasi dengan tujuan organisasi.
Tujuan organisasi adalah segala sesuatu yang harus dicapai organisasi dalam melaksanakan misinya.    Menurut John R.  Schermenhorn  (1986)  organisasi  pada dasarnya mempunyai   tujuan resmi   yang   disebut   misi   dan   tujuan   operasi.  Misi   organisasi   membantu   organisasi   dalam identifikasi,   integrasi,   kolaborasi,   adaptasi   dan   pembaruan   diri.   Sedangkan   tujuan operasi mencapai tingkat keuntungan, posisi pasar, sumber daya, efisiensi, kualitas, inovasi dan tanggung 
jawab sosial.
MBO mempunyai proses yang dibedakan menjadi tiga jenis yaitu :
1. identifikasi tujuan, tangung jawab, dan tugas­tugas
2. pengembangan standar prestasi (performance)
3. pengukuran dan penilaian prestasi
Dalam sistem MBO terdapat 7 langkah :
1. Tentukan hasil­hasil akhir.
2. Tentukan apakah dia bertautan dengan tujuan organisasi.
3. Atasan bersama­sama dengan bawahan berunding dalam menentukan sasaran­sasaran.
4. Menyusun kegiatan untuk mencapai sasaran­sasaran.
5. Susunlah tugas­tugas.
6. Tentukan batas­batas pekerjaan dan jenis pengarahan yang akan dipergunakan oleh atasan.
7. Monitor dan laporan.
Dengan MBO ini hal­hal yang harus dilakukan oleh seorang manajer adalah :
1.  Bersama­sama menentukan sasaran­sasaran yang jelas.
2. Tentukan peranan dan tanggung jawab yang jelas.
3. Susunlah anggaran belanja, jadwal yang akurat.
4. Bersiap memberikan tanggapan yang flexible terhadap masalah­masalah.

BACA LENGKAP!

Prinsip Manajemen Berdasarkan Orang

Manajemen berdasrakan orang merupakan suaaatu konsep manajemen modern yang mengkaji keterkaitan dimensi perilaku, komponen sistem dalam kaitannya dengan perubahan dan pengembangan organisasi.

 Tuntutan perubahan dan pengembangan yang muncul  sebagai  akibat tuntutan lingkungan internal dan eksternal, membawa implikasi terhadap perubahan dan kelompok dan wilayahnya.
Manajer pada umumnya bekerja pada lingkungan yang selalu berubah. Perubahan perilaku 
dan perubahan organisasi  merupakan bagian esensial  dari  manajemen  inovasi sebagai  dampak globalisasi di berbagai bidang kehidupan.

Hakekat Perubahan
Perubahan adalah suatu proses yang menjadikan sesuatu berbeda dengan yang sudah ada. 
Perubahan bisa  terjadi  pada  struktur,  orang dan  teknologi.  Perubahan mempunyai  tujuan yang sifatnya penyesuaian diri dengan lingkungan agar tujuan organisasi sesuai dengan kebutuhan atau tuntutan  masyarakat.   Pada   umumnya   perubahan   suatu   komponen   akan  mengakibatkan   atau mengharuskan perubahan komponen  lainnya.  Sehingga agar efektif maka diperlukan perencaan yang baik.
 Proses Perubahan
Dalam   kenyataan,   banyak   hambatan   dalam   melakukan   perubahan.   Menurut   Kurt 
1. Hierarki Sasaran (MBO)Lewin(James F Stoner, 1985) bahwa individu mengalami dua hambatan utama untuk melakukan perubahan, yaitu tidak bersedia mengubah perilaku yang sudah mapan dan perubahan hanya dalam waktu singkat (kembali ke pola perilaku lama).
Untuk   mengatasi   hambatan   tersebut   Lewin   mengembangkan   sebuah   model   proses perubahan yang terdiri dari tiga langkah, yaitu :
 Tahap   pencairan   yaitu  mencakup   upaya  membuat   kebutuhan   akan   perubahan   secara gamblang sehingga  individu,  kelompok atau organisasi  dapat  dengan mudah memahami dan menerima perubahan. Dalam tahap ini diharapkan setiap anggota menyadari perlunya perubahan.
 Tahap   pengubahan   yaitu   tindakan   pemodifikasian   organisasi   yang  membutuhkan   agen perubahan yang  terlatih untuk membantu perkembangan nilai,   sikap dan perilaku baru selama proses mengidentifikasi nilai dan internalisasi.
Tahap pembekuan yaitu mengukuhkan pola perilaku baru (refreezing) melalui mekanismependukung atau penguat, sehingga menjadi norma baru. Pada tahap ini, data dan informasi umpan balik merupakan aspek penting untuk mengevaluasi  dan  lebih menyempurnakan 
tindakan perubahan.
Menurut Paul R. Lawrence (dalam JF. Stone, 1986) ada tiga sumber penolakan perubahan 
yaitu ketidakpastian mengenai  sebab dan akibat  perubahan,  ketidakmauan untuk mengorbankan manfaat  sekarang dan kesadaran akan kelemahan dalam perubahan yang diusulkan.  Kotter dan 
Schlesinger   (dalam Adam  Ibrahim,  1983)  memberikan cara untuk mengatasi  masalah  tersebut, yaitu  :  pendidikam dan komunikasi,  peran  serta  dan keterlibatan,  kemudahan dan dukungan, perundingan persetujuan,  manipulasi  dan paksaan.  Salah satu cara untuk melakukan perubahan perilaku ini adalah melalui pengembangan organisasi (Organization development ­ OD).

Teknik Perubahan
Salah satu teknik perubahan yang sering digunakan dalam OD adalah Sensitivity Training atau latihan kepekaan. Latihan kepekaan adalah suatu interaksi dalam kelompok kecil yang terjadi alam suasana yang tertekan sehingga, menuntut setiap orang untuk peka terhadap perasaan orang lain sebagai usaha untuk menciptakan kegiatan kelompok yang memadai. Dalam suasana demikian mereka didorong untuk melakukan penilaian mengenai  konsepsi  diri  sendiri  (self concept) dan usaha untuk mau mendengar pendapat dan merasakan perasaan orang lain. 
Campbel  dan Dunette mengemukakan enam butir hasil  yang diharapkan dari   latihan kepekaan, 
yaitu :
1. Meningkatkan pengertian, pemahaman dan kepekaan terhadap perilaku sendiri.
2. Meningkatkan pengertian dan kepekaan terhadap perilaku orang lain.
3. Lebih mengerti dan memahami proses yang terjadi dalam antar kelompok.
4. Meningkatkan   keterampilan   dalam   mengadakan   diagnosis   situasi   yang   terdapat   dalam kelompok.
5. Meningkatkan kemampuan untuk menerjemahkan apa yang dipelajari kedalam bentuk tindakan nyata.
6. Meningkatkan kemampuan mengadakan hubungan anatar manusia, sehingga dapat berinteraksi lebih menyenangkan dan memuaskan.
Teknik lain selain latihan kepekaan adalah teknik umpan balik survei, yaitu teknik menilai sikap, mengidentifikasi perbedaan dan menyelesaikan perbedaan dengan memanfaatkan informasi survei dalam kelompok. 
Ada  juga  teknik pengubahan perilaku bawahan atau angota organisasi  yaitu sesuai   teori siklus hidup kepemimpinan oleh Paul Harsey dan Keneth H. Blanchard yang berpendapat bahwa gaya kepemimpinan yang paling efektif  bervariasi  menurut  kematangan bawahan.  Kematangan diartikan bukan menurut  usia atau stabilitas emosi,   tetapi    menurut  keinginan akan pencapaian tujuan,  kesediaan untuk menerima  tanggung  jawab dan kemampuan yang berhubungan dengan 
tugas.   Menurut teori ini hubungan antara manajer dengan bawahan berjalan melalui empat tahap menurut perkembangan dan kematangan bawahan. 
1. Pada tahap pertama, ketika bawahan pertama kali memasuki organisasi orientasi tugas tinggi. Pada   tahap  ini   bawahan  harus   diperintah  dan   diperkenalkan   dengan  aturan   dan  prosedur organisasi. Hubungan rendah – tugas tinggi.
2. Pada tahap kedua, bawahan mulai mempelajari tugas, manajer masih berorientasi kepada tugas karena   bawahan   belum  bersedia   untuk  menerima   tanggung   jawab   secara   penuh.   Tetapi kepercayaan dan dukungan manajer kepada bawahan meningkat karena manajer menjadi kenal bawahan   dan  mau  mendorong   lebih   lanjut.  Manajer  mulai  menggunakan   perilaku   yang berorientasi kepada bawahan. Hubungan tinggi – tugas tinggi.
3. Pada tahap ketiga, kemampuan dan motivasi prestasi bawahan makin meningkat dan bawahan secara aktif  mulai  mencari   tanggung  jawab yang  lebih besar.  Manajer   tidak  lagi  bersikap direktif,   tetapi bersikap suportif dan penuh tenggang rasa untuk memperkuat  ketetapan hati 
bawahan mencari tanggung jawab yang lebih besar. Hubungan tinggi – tugas rendah.
4. Pada   tahap keempat,  ketika  bawahan  secara  berangsur­angsur  menjadi   lebih  percaya  diri, manajer mengurangi dukungan dan dorongan. Hubungan rendah – tugas rendah.

BACA LENGKAP!

Prinsip Manajemen Berdasarkan Informasi

Perencanaan pengorganisasian, pemimpinan dan pengawasan merupakan kegiatan manajerial yang pada hakikatnya merupakan proses pengambilan keputusan. Semua kegiatan tersebut membutuhkan informasi.

Informasi   yang   dibutuhkab   oleh   manajer   disediakan   oleh   suatu   sistem informasi manajemen yaitu suatu sistem yang menyediakan informasi untuk manajer secara teratur. Informasi ini dimanfaatkan sebagai dasar untuk melakuakan pemantauan dan penilaian kegiatan serta hasil­ hasil yang dicapai. Sistem Informasi Manajemen (SIM) merupakan keseluruhan jaringan informasi yang   ditujukan   kepada   pembuatan   keterangan­keterangan   bagi  manajer   yang   berfungsi   untuk pengambilan keputusan. Informasi itu sendiri merupakan suatu data yang telah diolah, dianalisis melalui suatu cara sehingga menjadi berarti. 
Hal­hal yang perlu diperhatikan dalam SIM adalah :
1. Perlu diidentifikasi jenis informasi yang dibutuhkan.
2. Perlu ditentukan sumber data dan informasi yang dibutuhkan.
3. Perlu ditentukan siapa yang membutuhkan informasi dan kapan.
4. Perlu   dikomunikasikan  informasi   itu  secara   tepat   (accuracy),  terpercaya   (reliable)   kepada pengambil keputusan.
Ada beberapa syarat agar informasi yang dibutuhkan itu dapat berfungsi dan bermanfaat 
bagi pengambil keputusan, yaitu : uniformitas, lengkap, jelas dan tepat waktu. Dan perlu diketahui bahwa SIM yang efektif adalah SIM yang dapat berfungsi dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang lebih baik.
Menurut  Sukanto R didalam merancang bangun SIM,  harus dihindari  beberapa asumsi 
dibawah :
1. Informasi yang lebih banyak itu selalu lebih baik.
2. Manajer memerlukan informasi yang mereka inginkan.
3.Apabila manajer diberi informasi yang mereka perlukan keputusan yang diambilnya akan lebih baik.
4.Sarana komunikasi yang lebih banyak selalu menghasilkan prestasi yang lebih baik.
5. Manajer tidak perlu mengetahui kerja SIM
6. Komputer dapat melakukan segala­galanya.
Murdick   dan  Ross   (1983),  menggambarkan   tahapan   proses  manajemen  secara umum dikaitkan dengan kebutuhan akan informasi dari masing­masing tahapan tersebut 

BACA LENGKAP!

Manajemen

Dalam perkembangan zaman yang sangat kompleks, maka sebuah manajemen adalah wajib agar semua dapat berjalan dan dikendalikan sesuai dengan tujuan. lalu apa itu manajemen ? Manajemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat, dan profesi. Dikatakan sebagai ilmu oleh Luther Gulick karena manajemen dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami mengapa orang dan bagaimana orang bekerjasama. Dikatakan sebagai kiat oleh Follet karena manajemen mencapai sasaran melalui cara-cara dengan mengatur orang lain menjalankan dalam tugas. Dipandang sebagai profesi karena manajemen dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi manajer, dan para profesional dituntun oleh suatu kode etik.

Manajemen merupakan suatu proses sedangkan manajer diakaitkan dengan aspek organisasi (orang – struktur – tugas – teknologi) dan bagaimana mengaitkan aspek yang satu dengan yang lain, serta bagaimana mengaturnya sehingga mencapai tujuan sistem. Dalam proses manajemen terlibat fungsi-fungsi pokok yang ditampilkan oleh seorang manajer/pimpinan : Perencanaan (Planning), Pengorganisasian (Organizing), Pemimpinan (Leading), dan Pengawasan (Controlling). Oleh karena itu, manajemen diartikan sebagai proses merencana, mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien.


BACA LENGKAP!

Islamisasi Ilmu Pengetahuan 3:Tantangan Islamisasi Ilmu Pengetahuan (habis)

Usaha kearah proses Islamisasi ilmu pengetahuan menghadapi beberapa tantangan, khususnya justru dari kalangan cerdik pandai Islam sendiri. Mereka terdiri dari beberapa golongan. Pertama, golongan yang sependapat dengan gagasan ini secara teori dan konsepnya dan berusaha untuk menjelmakannya dan menghasilkan karya yang menepati maksud Islamisasi dalam disiplin ilmu mereka.

Kedua, golongan yang sependapat dengan gagasan ini secara teori dan konsepnya tetapi tidak mengusahakannya secara praktis.
Ketiga, terdapat golongan yang tidak sependapat dan sebaliknya mencemooh, mengejek dan mempermainkan gagasan ini. Gologan ini lazimnya berargumen bahwa semua ilmu pengetahuan datangnya dari Allah dan justru itu semua ilmu adalah benar dan secara tabiatnya adalah Islam.
Golongan keempat adalah dikalangan mereka yang tidak mempunyai pendirian terhadap isu ini. Mereka lebih suka mengikuti perkembangan yang dirintis oleh sarjana lain ataupun mereka atau pun mereka tidak peduli dengannya.
Tantangan paling besar saat ini dalam kelanjutan proses Islamisasi ilmu adalah komitmen sarjana dan institusi pendidikan Islam sendiri. Tantangan globalisasi yang ditimbulkan oleh kecanggihan Teknologi Informasi dan Komunikasi sungguh memusingkan. Ilmu kini dianggap sebagai komoditi yang boleh dijual-belikan dan sebagai dampaknya universitas menumpukan perhatian kepada “ilmu” yang berupaya meraih uang bersesuaian dengan ekonomi. Akibatnya, konsep ilmu pun sudah berubah dari mengenal Khaliq kembali kepada kemahiran, begitu juga konsep universitas berubah menjadi pabrik pengeluaran tenaga kerja dan bukan pusat pecambahan ide-ide murni dan besar.
Menurut Al-Attas tantangan terbesar terhadap gagasan Islamisasi Ilmu pengetahuan timbul dari golongan umat Islam itu sendiri. Dan tntangan kedua adalah kedangkalan umat Islam terhadap agamanya sendiri. Menurutnya golongan intelektual Islam sendiri tidak memahami Islam dengan sebaiknya.


Proses Islamisasi Ilmu pengetahuan akan lebih lancar sekiranya umat Islam sadar dan faham akan tuntutan Islam dalam segala lapangan kehidupan. Islamisasi Ilmu pengetahuan bukan terjadi di luar sana, tetapi ia terjadi di dalam akal kita melalui bahasa, rasio dan pemikiran. Ini bermakna bahwa seorang sarjana Islam akan dapat melahirkan karya yang serasi dengan ruh Islam jika jiwanya sudah Islami. Maka titik tolak permulaan Islamisasi adalah diri kita sendiri dan pemahaman tentang Islam dan pengamalannya.

Referensi
Majalah Pemikiran dan Peradaban ISLAMIA, Edisi Juli-September 2005

BACA LENGKAP!

Islamisasi Ilmu Pengetahuan 2 : Pendefinisian Islamisasi Ilmu Pengetahuan

Menurut Al-Attas, Islamisasi ialah “pembebasan manusia, mulai dari magic, mitos, animisme dan tradisi kebudayaan kebangsaan, dan kemudian dari penguasaan sekuler atas akal dan dan bahasanya”.

Al-Atas menegaskan bahwa Islamisasi diawali dengan Islamisasi bahasa dan ini dibuktikan oleh al-Qur’an ketika diturunkan kepada orang Arab. Dan juga menurut Al-Attas, proses Islamisasi ilmu melibatkan dua langkah utama. Pertama ialah proses mengasingkan unsur-unsur dan konsep-konsep utama Barat dari ilmu tersebut. Kedua, menyerapkan unsur-unsur dan konsep-konsep utama Islam kedalamnya.
Unsur-unsur dan konsep-konsep utama asing bagi Islam terdiri :
*Konsep dualisme yang meliputi Hakikat dan Kebenaran
*Doktrin Humanisme
*Ideologi sekuler
*Konsep tragedi-khususnya dalam kesusastreraan.
Al-Attas menyarankan agar unsur dan konsep utama Islam yang terdiri (1) manusia, (2) din, (3) ‘Ilm dan ma’rifah, (4) hikmah, (5) ‘adl, (6) amal-adab, dan (7) konsep universitas mengambil alih unsur-unsur dan konsep-konsep asing tersebut. Semua unsur dan konsep itu hendaklah ditambatkan kepada konsep tauhid, shari’ah, sirah, sunnah dan tarikh.
Tujuan Islamisasi ilmu adalah untuk melindungi orang Islam dari ilmu yang sudah tercemar yang menyesatkan dan menimbulkan kekeliruan. Islamisasi Ilmu bertujuan untuk mengembangkan ilmu yang hakiki yang boleh membangunkan pemikiran dan rohani pribadi Muslim yang akan menambahkan lagi keimanannya kepada Allah.

Pendekatan al-Faruqi
Dalam karyanya “Islamization of Knowledge: General Principles and Workplan”, al-Faruqi menjelaskan pengertian Islamisasi ilmu sebagai usaha “untk mengacukan kembali ilmu yaitu, untuk mendefinisikan kembali, menyusun ulang data, memikir kembali argumen dan rasionalisasi berhubung data itu, menilai kembali kesimpulan dan tafsiran membentuk kembali tujuan dan melakukannya secara yang membolehkan disiplin itu memperkayakan visi dan perjuangan Islam.”
Menurut beliau, Islamisasi ilmu dapat dicapai melalui pemaduan “ilmu-ilmu baru ke dalam khazanah warisan Islam dengan membuang, menata, menganalisa, menafsir ulang dan menyesuaikannya menurut nilai dan pandangan Islam.”
Al-Faruqi menggariskan beberapa prinsip dasar dalam pandangan Islam sebagai kerangka pemikiran, metodologi, dan cara hidup Islam. Prinsip-prinsip tersebut adalah (1) Keesaan Allah, (2) Kesatuan Penciptaan, (3) Kesatuan Kebenaran, (4) Kesatuan Ilmu, (5) Kesatuan Kehidupan, dan (6) Kesatuan Kemanusiaan.
Tujuan Islamisasi Ilmu menurut al-Faruqi ;
*Menguasai disiplin Modern
*Menguasai warisan Islam
*Menentukan relevansi Islam yang tertentu bagi setiap bidang ilmu modern.
*Mencari cara-cara bagi melakukan sintesis yang kreatif antara ilmu modern dan ilmu warisan Islam.
*Melancarkan pemikiran Islam ke arah jalan yang boleh membawanya memenuhi acuan Allah.


Referensi
Majalah Pemikiran dan Peradaban ISLAMIA, Edisi Juli-September 2005
BACA LENGKAP!

Islamisasi Ilmu Pengetahuan 1:Sejarah Gagasan Islamisasi Ilmu Pengetahuan

Sejarah Gagasan Islamisasi Ilmu Pengetahuan
Peradaban Islam telah mencapai kemajuan ilmu dalam banyak bidang pada zaman permulaannya yaitu pada kurun 9M. Sarjana Islam telah berhasil menerjemah, menyaring, menyerap dan memadukan ilmu asing ke dalam pandangan mereka berdasarkan al-Qur’an. Ilmu Pengetahuan yang merupakan jantung peradaban dan kebudayaan Islam telah membimbing umat Islam ke arah punca kegemilangannya. Bagaimanapun pada beberapa kurun berikutnya, daya keilmuan dan kekuatan umat Islam mulai pudar karena beberapa faktor.

Malapetaka yang paling besar yaitu penyerangan Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan ke Baghdad yang memusnahkan perpustakaan dan pembakaran buku-buku karya asli sarjana Islam. Tetapi terdapat juga faktor internal, khususnya perselisihan dan konflik pemikiran diantara golongan umat Islam.
Pengaruh pemindahan ilmu dari Andalusia ke Eropa, merangsang warga Eropa bangkit dan memelopori berbagai bidang ilmu pada era Renaisans. Mereka mengambil alih tongkat kepemimpinan intelektual dan fisikal dari umat Islam, khususnya setelah Revolusi Industri. Konflik antara Gereja dan ahli Sains Barat memunculkan perkembangan ilmu sekuler.
Latar belakang sekulerisasi ilmu inilah yang mengundang perjuangan memurnikan kembali ilmu pengetahuan (Islamisasi Ilmu). Golongan intelektual Islam bersepakat bahwa gagasan Islamisasi ilmu bukanlah satu hal yang baru tetapi pernah terjadi dalam sejarah Islam yang silam.
Menurut al-Faruqi, Islamisasi ilmu modern merupakan “satu tugas yang serupa sifatnya dengan tugas yang pernah dimainkan oleh nenek moyang kita yang mencerna ilmu zaman mereka dan mewariskan kepada kita peradaban dan kebudayaan Islam, walaupun ruang lingkupnya kini lebih luas”.
Menurut argumen Wan Muhammad Nor berargumen, Surat al-alaq (1-5) menggariskan semangat Islamisasi ilmu karena Allah Swt menekankan bahwa Allah adalah sumber dan asala ilmu manusia.
S.H. Nashr, seorang sarjana falsafah dan sarjana sains Islam pernah mengutarakan perlunya usaha Islamisasi ilmu modern pada tahun 1960-an. Beiau meletakan asas untuk konsep sains Islam dalam aspek teori dan pratikal melalui karyanya Science and Civilization in Islam (1968) dan Islamic Science (1976).
Walaupun ide Islamisasi ilmu tersebut telah disentuh oleh beberapa sarjana namun penjelasan yang sistematik secara konseptual bermula dari Al-Attas. Beliau dianggap sebagai seorang sarjana Islam abad silam yang pertama kali mengupas dan menegaskan tentang perlunya Islamisasi pendidikan, Islamisasi sains dan Islamisasi Ilmu. Al-Attas telah melahirkan ide-ide beliau pada satu persidangan pendidikan yang sangat penting dalam sejarah umat Islam kontemporer, yaitu Persidangan Pertama Pendidikan Islam Sedunia di Makkah pada 1977. Persidangan itu berhasil mengumpulkan 313 sarjana dan pemikir Islam dari seluruh pelosok dunia.
Persidangan tersebut dianggap sebagai pembangkit proses Islamisasi ilmu dan pendidikan. Dalam persidangan yang bersejarah tersebut Al-Attas menjelaskan konsep pendidikan dalam Islam, sementara Ismail al-Faruqi dan S.H. Nasr masing-masing mengupas ide sains sosial dan sains natural dalam tasawwur (worl view) Islam.

Referensi
Majalah Pemikiran dan Peradaban ISLAMIA, Edisi Juli-September 2005
BACA LENGKAP!